Rabu, 12 September 2012

Pemerintah Janji 39,18 Juta Pelanggan Miskin PLN Bebas Kenaikan Tarif listrik

 
Jakarta - Jika rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) 15% tahun depan terealisasi, ada sekitar 39,18 juta pelanggan PLN yang daya listriknya rendah atau golongan tidak mampu, bakal bebas dari kenaikan tarif tersebut.

Hal tersebut dikatakan Menteri ESDM Jero Wacik dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (10/9/2012).

"Jumlah tersebut berasal dari dua golongan rumah tangga yakni 450 VA sebanyak 22,17 juta pelanggan, dan 900 VA sebesar 17,01 juta pelanggan. Jadi, total ada sekitar 39,18 juta pelanggan," kata Jero.

Dikatakan Jero, pelanggan rumah tangga 450 VA dan 900 VA (golongan tidak mampu) itu akan menerima subsidi Rp 37,08 triliun atau 47,2% dari kebutuhan subsidi listrik di 2013 sebesar Rp 78,63 triliun.

"Pemerintah merencanakan kenaikan tarif listrik sebesar 15 persen dengan kebutuhan subsidi (listrik) tahun berjalan sebesar Rp 78,63 triliun. Apabila tidak ada kenaikan, maka kebutuhan subsidinya mencapai Rp 93,52 triliun atau terdapat penghematan Rp 14,89 triliun terhadap subsidi tahun berjalan," jelasnya.

"Dengan kenaikan 15 persen, maka tarif tenaga listrik akan mengalami kenaikan dari Rp 729 menjadi Rp 814 per kWh," cetusnya.

Senin, 10 September 2012

Listrik Rumah Tangga 450 -900 VA tidak Naik


MI/Rommy Pujianto/ip

JAKARTA--MICOM: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan rencana penaikan tarif dasar listrik (TDL) 15% secara bertahap pada tahun 2013 difokuskan pada golongan pelanggan industri, bisnis dan pemerintah. Adapun untuk pelanggan rumah tangga dengan voltase 450 -900 VA (volt ampere), tarif TDL tetap.

"Yang kita naikan bukan untu 450 - 900, itu tetap tidak naik. tapi elbih banyak di industri bisnis dan pemeritah. (Golongan pelanggan 450 - 900 VA) itu adalah mereka yang baru menikmati kehidupan dan kemerdekaan (yang dirumah). Biarkan mereka, ini namanya silang subsidi," kata Rudi, di Jakarta, akhir pekan ini.

Adapun untuk golongan pelanggan industri, bisnis dan pemerintah dengan besaran voltase mulai 2200 VA, TDL akan dinaikkan antara 4-5% per triwulan. Dengan penaikan tersebut, ia menegaskan seharusnya industri tidak perlu memprotes penaikan TDL tersebut. "Kan ekuivalen cuma dengan 1,5% sebulan. Bagi yang 2200 VA bayarannya sekitar Rp 150 ribu (per bulan) dikali 1,5% jadi Rp 3.000 , masa naikin Rp 3.000 mau demo. Industri itu pembeli kalau mau beli silahkan kalau tidak terserah," ujarnya.

Seperti diketahui dalam Nota Keuangan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Agustus lalu pemerintah mengajukan penaikan TDL sebesar 15% yang dilakukan secara bertahap per triwulan. Alasan penaikan TDL lantaran disparitas yang sudah terlalu jauh antara biaya pokok produksi (BPP) dan TDL. Adapun saat ini BPP sebesar Rp 1.163 per kwh, semetara TDL sebesar Rp 636 per kwh.

Rudi menjelaskan 73% dari pengeluaran BPP dikontribusi oleh pembelian bahan bakar. Efisiensi menggunakan energi alternatif sudah dilakukan oleh PLN dengan memperbanyak penggunaan batubara yang lebih murah dibanding BBM. Akan tetapi efisiensi tersebut masih belum cukup lantaran PLN juga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan elektrifikasi.

"Penurunan penggunanaan BBM itu pun belum cukup. elektrifikasi kita berapa? baru 72%. Tahun ini (ditargetkan) 75%, tahun depan 77%. Itu pakai duit (untuk) kabelnya, travonya. Itu namanya margin, naik marginnya 7 persen. Harus ada yang nanggung bareng 7 persen," kata dia.

Lebih jauh ia mengatakan tanpa ada kenaikan TDL, maka subsidi akan membengkak Rp 12 triliun dari yang ditetapkan di RAPBN 2013. Pada RAPBN 2013, subsidi listrik ditetapkan sebesar Rp 80 triliun. Apabila listrik tidak jadi naik, maka subsidi menjadi Rp92 triliun.

"Ini menjadikan pemerintah punya tabungan misalnya 10 T nih dari listrik. Jadi punya kesempatan untuk rencana-rencana lain," tukasnya. (Aim/OL-3)

Kamis, 14 Juni 2012

Nama siswa TITL-B


Nama siswa TITL-B

MAS AGUNG RIZKI
MUHAMMAD ARIF
MUHAMMAD FAHRUDIN
MUHAMMAD ABDUL RAHMAN
MUHAMMAD DJANUANSAR
MUHAMMAD IRFAN ROFIIF
MUHAMMAD RAFSANJANI
MUHAMMAD SUPRIADI
MUHAMMAD YAZID
MULKY MUBARAK
NUR FAZRI
SAHRONI
RIDWAN
RIO WANDO
SAIFUL WAUJI
SRI NOVI
REXA
TOMY AHMAD FAHREZI
UDAY HUSEN
UNGGUH HIKMAT
VIDI
YOGA APRI
YAZID DALIH

Nama siswa TITL-A


Nama siswa TITL-A

ABDILLAH AHMAD FAUZIH
ABIYOGA VIRGI WICAKSONO
ACHMAD APRIL RIA PERMANA
ADI PREYETNO
AGUS SETIANA
AHMAD MABRURI
AHMAD SULAEMAN
AINUL YAKIN
ALVI AZHURI
ANDI PUTRANTO
ANDRES RYANTO
ARIF RACHMAN
AZHARI
BIMO ADJI
DAMAR ARI SASONGKO
DENNY RACHMATULLAH
DICKY DARMAWAN
DIMAS MURDIANTO
FAISAL RAFIE
FAJAR PRATAMA
HENDI GUFRONI
HENDRA SAPUTRA
INDRA SETIADI KUSUMA
IRAWAN SETIADIMAN
ISMAYA BAYU PERMADI
M SUBADRY
MAHMUD AHDIAN

Galeri


salah satu kumpulan foto-foto dari teknik listrik

R. Praktek 3


Di Ruang Praktek 3 Kami Mempelajari/Memperaktekkan AC (Air Conditioner ) Sistem Refrigation seperti contoh sebagai berikut :
Dasar pemahaman dari siklus refrigerasi adalah sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem kompresi uap/gas (vapor compression). Sebuah skema dari sistem kompresi uap ditunjukan pada gambar dibawah. Sistem ini terdiri dari sebuah kompresor, sebuah kondenser, sebuah “expansion device” dan sebuah evaporator. “Compressor-delivery head”, “discharge line”, “kondenser” dan “liquid line” membentuk sisi jalur tekanan tinggi (high-pressure side) dari sistem ini. “Expansion line”, “evaporator”, “suction line” dan “compressor-suction head” membentuk sisi jalur tekanan rendah (low-pressure side) dari sistem ini.

Vapor Compression System Schematic. B Refrigerasi Cycle on Pressure-Enthalpy Diagram.
Gambar diatas menggambarkan diagram p-h “Pressure – Enthalpy” dari siklus refrigerasi (refrigeration cycle). Sumbu y menunjukkan tekanan dan sumbu x menunjukan enthalpy.
Diagram p-h ini adalah alat yang paling umum digunakan dalam menganalisa dan melakukan perhitungan kalor, usaha dan perpindahan energi dalam suatu siklus refrigerasi. Sebuah siklus refrigerasi tunggal terdiri dari daerah bertekanan tinggi (high side) dan daerah bertekanan rendah (low side). Perubahan dari tekanan dapat dilihat dengan jelas pada diagram p-h ini. Juga kalor dan perpindahan energi dapat dihitung sebagai perubahan “enthalpy” yang tergambar dengan jelas pada diagram p-h tersebut.

Garis konstan pada diagram pressure-enthalpy
Garis konstan pada diagram pressure-enthalpy
• Garis proses kompresi digambarkan sejajar dengan garis entropy konstan.
• Garis proses kondensasi digambarkan sejajar dengan garis tekanan konstan.
• Garis proses ekspansi digambarkan sejajar dengan garis enthalpy konstan.
• Garis proses evaporasi digambarkan sejajar dengan garis tekanan konstan.
Kondisi refrigerant direpresentasikan pada diagram pressure-enthalpy
• Kompresor: Refrigerant gas bertekanan rendah dikompresikan menjadi refrigerant gas bertekanan tinggi dengan bantuan daya dari luar sistem (input power).
• Kondenser: Refrigerant gas bertekanan tinggi dirubah menjadi refrigerant cair dengan tekanan tetap tinggi dengan cara membuang kalor ke lingkungan sekitarnya.
• Ekspansi: Refrigerant cair bertekanan tinggi diturunkan tekanannya dengan bentuk refrigerant menjadi cairan yang bercampur dengan sedikit gas. (Gelembung gas terjadi karena adanya penurunan tekanan).
• Evaporator: Refrigerant cair dirubah menjadi gas/uap dengan cara menyerap kalor dari ruang yang dikondisikan.
• Refrigerant gas/uap kemudian dihisap oleh Kompresor dan disirkulasikan kembali.
Penjelasan Siklus Refrigerasi:
A-B : Un-useful superheat (kenaikan temperatur yg menambah beban kompresor) Sebisa mungkin dihindari kontak langsung antara pipa dan udara sekitarnya dgn cara menginsulasi pipa suction.
B-C : proses kompresi (gas refrigerant bertekanan dan temperatur rendah dinaikkan tekanannya sehingga temperaturnya lebih tinggi dari media pendingin di kondenser. Pada proses kompresi ini refrigerant mengalami superheat yg sangat tinggi.
C-D : Proses de-superheating (temperatur refrigerant mengalami pemurunan, tetapi tdk mengalami perubahan wujud, refrigerant masih dalam bentuk gas)
D-E : Proses kondensasi (terjadi perubahan wujud refrigerant dari gas menjadi cair tanpa merubah temperaturnya.
E-F : Proses sub-cooling di kondenser ( refrigerant yg sudah dalam bentuk cair masih membuang kalor ke udara sekitar sehingga mengalami penurunan temperatur). Sangat berguna untuk memastikan refrigerant dalam keadaan cair sempurna.
F-G : Proses sub-cooling di pipa liquid (Refrigerant cair masih mengalami penurunan temperatur karena temperaturnya masih diatas temperatur udara sekitar). Pipa liquid line tdk diinsulasi, agar terjadi perpindahan kalor ke udara, tujuannya untuk menambah kapasitas refrigerasi. (Note: dalam beberapa kasus ..pipa liquid harus diinsulasi…nanti dijelaskan dalam pembahasan khusus)
G-H : Proses ekspansi/penurunan tekanan (Refrigerant dalam bentuk cair diturunkan tekanannya sehingga temperatur saturasinya berada dibawah temperatur ruangan yg didinginkan, tujuannya agar refrigerant cair mudah menguap di evaporator dgn cara menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke evaporator)
Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi bubble gas sekitar 23% karena penurunan tekanan ini. Jadi refrigerant yg keluar dari katup ekspansi / masuk ke Evaporator dalam bentuk campuran sekitar 77% cairan dan 23% bubble gas.
H-I : Proses evaporasi (refrigerant yg bertemperatur rendah menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke evaporator. Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi gas. Terjadi juga penurunan temperatur udara keluar dari evaporator karena kalor dari udara diserap oleh refrigerant)
I-A : Proses superheat di evaporator: Gas refrigerant bertemperatur rendah masih menyerap kalor dari udara karena temperaturnya yg masih dibawah temperatur udara. Temperatur refrigerant mengalami kenaikan). Superheat ini bergua untuk memastikan refrigerant dalam bentuk gas sempurna sebelum masuk ke Kompresor.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo